Belajar Bahasa Arab

01. Anatomi Bahasa

بَنِيَّةُ اللُّغَةِ
ANATOMI BAHASA


Bahasa adalah sistim penyampaian pesan yang digunakan oleh manusia, baik lewat simbol suara yang bisa didengar (bahasa lisan) maupun menggunakan simbol bentuk atau lambang yang bisa dilihat atau dibaca (bahasa tulisan).

Semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
1. Satuan bunyi yang disebut "huruf" atau "abjad".
Contoh: م - س - ج - د
2. Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut "kata".
Contoh: مَسْجِدٌ (= masjid)
3. Rangkaian kata yang mengandung maksud atau pikiran yang utuh yang disebut "kalimat".
Contoh: أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ (= saya shalat di masjid)

Dalam tata bahasa Arab, "kata" dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( اِسْم ) atau "kata benda". Contoh: مَسْجِد (= masjid)
2. FI'IL ( فِعْل ) atau "kata kerja". Contoh: أُصَلِّيْ (= saya shalat)
3. HARF ( حَرْف ) atau "kata tugas". Contoh: فِيْ (= di, dalam)

Perlu diingat bahwa istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas seperti yang kita kenal dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan pengertian Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab.

02. Isim 'Alam

اِسْم عَلَمُ
ISIM 'ALAM (Kata Benda Nama)


Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama diri (proper name) dari seseorang atau sesuatu.

Perhatikan perbedaan Isim 'Alam dengan Isim yang biasa di bawah ini:

Isim Biasa
  • رَجُل (=laki-laki)
  • اِمْرَأَة (=perempuan)
  • قَرْيَة (=negeri)
  • شَهْر (=bulan)

Isim 'Alam
  • مُحَمَّد (=Muhammad), عُمَر (=Umar), سُودِرْمَان (=Sudirman)
  • خَدِيْجَة (=Khadijah), مَرْيَم (=Maryam), كَرْتِيْنِي (=Kartini)
  • مَكَّة (=Makkah), مَدِيْنَة (=Madinah), جَاكَرْتَا (=Jakarta)
  • رَمَضَان (=Ramadhan), رَجَب (=Rajab), يَنَايِر (=Januari)

03. Mudzakkar - Muannats

مُذَكَّر - مُؤَنَّث
MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan)

Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).

Contoh Isim Mudzakkar
  • عِيْسَى (= 'Isa)
  • اِبْنٌ (= putera)
  • بَقَرٌ (= sapi jantan)
  • بَحْرٌ (= laut)

Contoh Isim Muannats
  • مَرْيَم (= Maryam)
  • بِنْتٌ (= puteri)
  • بَقَرَةٌ (= sapi betina)
  • رِيْحٌ (= angin)

Dari segi bentuknya, Isim Muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
a) Ta Marbuthah ( ة ). Misalnya: فَاطِمَة (=Fathimah), مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah ( ى ). Misalnya: سَلْمَى (=Salma), حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah ( اء ). Misalnya: أَسْمَاء (=Asma'), سَمْرَاء (=pirang)

Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas.
Misalnya: رِيْحٌ (= angin), نَفْسٌ (= jiwa, diri), شَمْسٌ (= matahari)

Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah.
Contoh: حَمْزَة (= Hamzah), طَلْحَة (= Thalhah), مُعَاوِيَة (= Muawiyah)

Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal kosakata yang baru anda temukan!

04. Mufrad - Mutsanna - Jamak

مُفْرَد - مُثَنَّى - جَمْع
MUFRAD (Tunggal) - MUTSANNA (Dual) - JAMAK

Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:

1) ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
2) ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
3) ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.

Isim Mutsanna (Dual) bentuknya selalu beraturan yakni diakhiri dengan huruf Nun Kasrah (نِ), baik untuk Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats. Contoh:


Adapun Isim Jamak, dari segi bentuknya terbagi dua macam:

1. JAMAK SALIM ( جمْع سَالِم ) yang bentuknya beraturan:


2. JAMAK TAKSIR (جَمْع تَكْسِيْر ) yang bentuknya tidak beraturan:


Isim Mufrad, Isim Mutsanna dan Isim Jamak Salim ada yang tergolong Isim Mudzakkar dan adapula Isim Muannats. Misalnya:
  • مُسْلِمٌ (=seorang muslim) --> Mufrad Mudzakkar
  • مُسْلِمَةٌ (=seorang muslimah) --> Mufrad Muannats
  • مُسْلِمَانِ (=dua muslim) --> Mutsanna Mudzakkar
  • مُسْلِمَتَانِ (=dua muslimah) --> Mutsanna Muannats
  • مُسْلِمُوْنَ (=muslimin) --> Jamak Salim Mudzakkar
  • مُسْلِمَاتٌ (=muslimat) --> Jamak Salim Muannats
Sedangkan Isim Jamak Taksir semuanya digolongkan Isim Muannats.

05. Isim Isyarah

اِسْم إِشَارَة
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)


Kita telah mempelajari penggolongan Isim menurut jenisnya yaitu Mudzakkar dan Muannats serta menurut jumlahnya yaitu Mufrad, Mutsanna dan Jamak. Penggolongan Isim ini sangat penting dalam mempelajari kaidah-kaidah Bahasa Arab selanjutnya. Diantaranya bisa kita lihat dalam pembahasan tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk.

Pada dasarnya, ada dua macam Isim Isyarah atau Kata Tunjuk yaitu:
1. هَذَا (=ini) untuk menunjuk yang dekat. Contoh: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2. ذَلِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1. هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2. ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1. هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buku)
2. هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua majalah)
3. ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buku)
4. تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua majalah)

Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1. Bila Isim yang ditunjuk itu benda yang tidak berakal, maka biasanya digunakan: هَذِهِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan تِلْكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
  • هَذِهِ كُتُبٌ (= ini buku-buku)
  • تِلْكَ كُتُبٌ (= itu buku-buku)
2. Bila Isim yang ditunjuk itu makhluk yang berakal, maka biasanya digunakan: هَؤُلاَءِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan أُولَئِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
  • هَؤُلاَءِ طُلاَّبٌ (= ini siswa-siswa)
  • أُولَئِكَ طُلاَّبٌ (= itu siswa-siswa)

06. Isim Maushul

اِسْم مَوْصُوْل
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung)


Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan atau menggabungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung ini biasanya diwakili dengan kata: "yang".

Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (=yang).

Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menghubungkan atau menggabungkan dua kalimat di bawah ini:

Kalimat I:
الْمُدَرِّسُ جَاءَ (= datang guru itu)
Kalimat II:
اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ (= guru itu mengajar Fiqh)
Kalimat III:
جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ (= datang guru yang mengajar Fiqh)

Dalam contoh di atas, Kalimat III adalah gabungan dari Kalimat I dan II yang dihubungkan dengan Isim Maushul: الَّذِيْ
Untuk Isim Muannats, Isim Maushul الَّذِيْ berubah menjadi: الَّتِيْ
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْهَ
(= datang guru (pr) yang mengajar Fiqh itu)

Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
1. الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ atau الَّذَيْنِ; contoh:
جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ
(= datang dua orang guru (lk) yang mengajar Fiqh itu)
2. الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ atau الَّتَيْنِ; contoh:
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ
(= datang dua orang guru (pr) yang mengajar Fiqh)

Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:
1. الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ ; contoh:
جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ
(= datang guru-guru (lk) yang mengajar Fiqh itu)
2. الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ ; contoh:
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ
(= datang guru-guru (pr) yang mengajar Fiqh itu)

Disamping الَّذِيْ, termasuk juga dalam Isim Maushul antara lain:
مَنْ (=siapa yang), مَا (=apa yang), أَيّ (=mana yang). Contoh:
جَاءَ مَنْ أَعْرِفُهُ (=datang siapa yang aku mengenalnya)
وَجَدْنَا مَا بَحَثْنَا (=kita telah temukan apa yang kita cari)

07. Isim Nakirah - Isim Ma'rifah

نَكِرَة - مَعْرِفَة
NAKIRAH (Sebarang) - MA'RIFAH (Tertentu)


Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
1. ISIM NAKIRAH atau kata benda umum atau tak tentu.
2. ISIM MA'RIFAH atau kata benda dikenal atau tertentu.
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan tanwin ( ً ٍ ٌ) pada huruf akhirnya. Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam (ال) di awalnya. Contoh:



Coba bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan Isim Ma'rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ. اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ (=Itu sebuah rumah. Rumah itu baru)
رَأَيْتُ وَلَدًا. اَلْوَلَدُ ذَكِيٌّ (=Aku melihat seorang anak. Anak itu pintar)

Termasuk dalam kelompok Isim Ma'rifah diantaranya adalah:

1. Isim 'Alam (Nama Diri) yang sudah kita pelajari sebelumnya. Semua Isim 'Alam merupakan Isim Ma'rifah, meskipun ada diantaranya yang menggunakan huruf tanwin di belakangnya. Misalnya: أَحْمَدُ (=Ahmad), عَلِيٌّ (=Ali), مَكَّةُ (=Makkah)
2. Isim Dhamir (Kata Ganti). Isim ini akan kita pelajari lebih lanjut. Contoh: أَنَا (=saya), نَحْنُ (=kami, kita), هُوَ (=dia)

Marilah kita melanjutkan pembahasan tentang Isim Dhamir (Kata Ganti) yang sangat penting untuk mempelajari Fi'il (Kata Kerja) kelak.

SEKILAS SEJARAH SALAF AL-ALAWIYIN

Naqobatul Asyrof Al-Kubro
Lembaga Pemeliharaan, Penelitian Sejarah dan Silsilah “ALAWIYIN”
    SEKILAS SEJARAH SALAF AL-ALAWIYIN
    Sayid Muhammad Ahmad Assyathiri
Diterjemahkan dari buku,
Sirah As-Salaf min Bani ‘Alawy Al-Husainiyin,
oleh Sayid Muhammad Ahmad Assyathiri,
terbitan ‘Alam AI-Ma’rifah, Cetakan I, 1405 H,
Jeddah, Saudi Arabia
PENGANTAR PENERJEMAH
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Sedikit sekali di antara putra-putra Alawiyin yang mengenal sejarah perjalanan hidup pendahulu­-pendahulu mereka yang biasa disebut dengan “Assalaf Asshaleh”.

Aku Cinta Muhammad Rasulullah Saw




























Al-Habib Abdul Qadir bin Alwy Assegaf

Angin Segar dari Kota Tuban
Auliya’ ini dikenal banyak membawa angin segar bagi umat, terutama di kota Tuban dan sekitarnya. Para auliya’ di jamannya banyak memuji dan mengagungkan beliau
Sosok Habib Abdul Qadir dalam kesehariannya dikenal sebagai pribadi yang ramah tamah, murah senyum dan dermawan. Semua orang yang mengenalnya, pasti akan mencintainya. Tidak heran bila para auliya’ di jamannya banyak memuji dan mengagungkan beliau. Salah satunya, Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas, beliau selalu mengunjungi semasa hidup mau pun sesudah wafatnya. Wali Kramat dari Empang, Bogor itu bersyair dengan pujian,”Telah bertiup angin segar dari Kota Tuban….” Auliya lain yang sering mengunjunginya adalah Habib Ahmad bin Abdullah Alattas, Pekalongan dan Habib Abdul Qadir bin Quthban.
Habib Abdul Qadir bin Alwy As-Segaf dilahirkan di Seiwun pada tahun 1241 H. Sejak kecil ia telah dididik secara khusus oleh paman beliau, Habib Abdurrahman bin Ali Assegaf. Oleh sang paman, Habib Abdul Qadir selalu diajak berziarah ke tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggalnya di Seiwun. Dalam berziarah ke tempat para auliya’, ia pun pernah menyaksikan kejadian yang menakjubkan hatinya, yakni saat berziarah ke makam Syaikh Umar Ba Makhramah. Dimana, Habib Abdurrahman ketika di dalam kubah makam Syaikh Umar Ba Makhramah, tiba-tiba Syaikh Umar bangun dari kuburnya dan bercakap-cakap dengan Habib Umar. Habib Abdul Qadir menyaksikan kejadian itu secara yaqadzah (terjaga, bukan melalui mimpi).
Habib Abdul Qadir dikenal sejak usia remaja berteman akrab dengan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Sahibul Maulid Simthud Durar) dan Habib Abdullah bin Ali Al-Hadad (Sahibur Ratib Hadad). Bahkan di akhir umur Habib Abdullah Al-Hadad pernah berkirim surat kepada Habib Abdul Qadir yang diantaranya berisi,”Sesungguhnya jiwa-jiwa itu saling terpaut.” Tidak lama setelah itu Habib Abdullah bin Ali Al-Hadad wafat, 27 hari kemudian Habib Abdul Qadir juga wafat. Beliau juga mempunyai hubungan yang istimewa dengan Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya) dan Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdar (Bondowoso).
Kedekatan hubungan Habib Abdul Qadir dengan Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi tidak lepas dari kejadian menimpa Habib Muhammad yang sering kali tidak bisa menguasai diri ketika kedatangan hal (keadaan luar biasa yang meliputi seseorang yang datang dari Allah SWT). Dalam keadaan seperti itu Habib Muhammad tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya.
Suatu saat Habib Muhammad kedatangan hal ketika sedang berjalan, kebetulan saat itu Habib Abdul Qadir sedang berada di dekatnya. Melihat keadaan Habib Muhammad yang hampir tidak sadarkan diri, Habib Abdul Qadir segera menyadarkannya, sehingga Habib Muhammad pun sadar dan melihat Habib Abdul Qadir telah berada di depannya. Mereka berdua akhirnya berpelukan,”Ini adalah sebaik-baik obat,”kata Habib Muhammad dengan raut wajah yang gembira. Sejak itulah, hubungan Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi dan Habib Abdul Qadir semakin erat dan saking dekatnya, Habib Muhammad menyatakan bahwa menceritakan tentang keadaaan Habib Abdul Qadir lebih manis dari madu. Kecintaan itu juga oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi diungkapkan dalam syair:
Wahai malam yang penuh cahaya/
Semua permintaan telah terkabul/
Hari ini aku datang ke Tuban di awal bulan/
Putra Alwi yang kucintai/
Kelezatannya tiada bandingan/
Dia lah pintu masuk dan pintu keluar kita/
Obat bagi yang kena segala penyakit/
Dari hatinya memancar rahasia sempurna/
Semoga dengan berkahnya, dosa dan salah kita diampuni//
Pernah suatu ketika Habib Abdul Qadir dalam perjalanan pulang dari haji bersama rombongan dengan mempergunakan perahu. Ternyata perahu yang dinaikinya berlubang, air pun masuk menerobos dengan deras ke dalam perahu. Orang-orang panik dan segera mengurasnya. Tapi, air yang masuk bukan semakin habis, malah semakin banyak dan memenuhi seluruh perahu hingga hampir tenggelam. Keringat dan air laut berpadu membasahi pakaian yang dikenakan mereka yang tengah berusaha dengan keras menguras air dalam perahu. Para penumpang menangis karena putus asa.
Melihat hal itu Habib Abdul Qadir segera masuk ke dalam bagasi kapal beserta dua isterinya. Setelah menutup pintu beliau berdoa sambil mengangkat tangannya memohon kepada Allah. Tiba-tiba datanglah empat orang lelaki yang telah berdiri di hadapannya, kemudian salah satunya menepuk punggungnya.”Hai Abdul Qadir! Aku Umar Muhadar,”katanya sambil memperkenalkan tiga orang yang ada disebelahnya,”Ini kakekmu, Alwi bin Ali bin Al-Faqih Al-Muqaddam. Itu kakekmu, Abdurrahman Assegaf dan yang itu Syaikh Abu Bakar bin Salim.”
Setelah itu lelaki tersebut menyuruh Habib Abdul Qadir menguras air dan keempat lelaki asing itu pun lalu menghilang.
“Apakah kalian melihat empat orang tadi?” tanya Habib Abdul Qadir kepada kedua isterinya.
“Tidak,” jawab mereka.
Habib Abdul Qadir segera keluar dan menyuruh para penumpang untuk menguras kembali air laut yang masuk ke dalam perahu. Tak berapa lama kemudian, perahu besar itu sudah tidak berisi air lagi. Ternyata lubang tadi telah lenyap, papan-papannya tertutup rapat seakan tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Dikisahkan pula, suatu malam Habib Abdul Qadir bermimpi, dalam mimpinya ia bertemu Nabi SAW tengah menuntun Habib Hasan bin Soleh Al-Bahr. Lalu Nabi SAW menyuruhnya membaca Doa Khidir AS sebanyak 50 kali setiap pagi dan sore. Habib Abdul Qadir merasa bilangan itu terlalu banyak. Ia ingin agar Habib Hasan memintakan keringanan untuknya, belum sempat diutarakan, Nabi SAW bersabda,”Bacalah sebanyak lima kali saja, tetapi pahalanya tetap 50.” Gambaran ini persis seperti lafadz barjanji ketika mengisahkan Isra’ Mi’raj. Seketika itu, Habib Abdul Qadir terjaga dari tidurnya dan membaca doa Nabi Khidir dari awal sampai akhir, padahal dia belum pernah tahu doa tersebut sebelumnya.
Ia lalu mencari teks doa itu dan menemukannya di kitab Maslakul Qarib, tetapi di sana ada tambahan dan pengurangan. Sampai akhirnya ia menemukan teks yang sama persis di kitab Ihya’ juz 4 dalam bab Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Imam Ghozali menyebutkan faedah dan pahala yang sangat banyak dalam doa ini. Jelaslah bahwa itu termasuk salah satu karamah Habib Abdul Qadir, sebab ia hafal doa yang cukup panjang hanya dengan dituntun Nabi Muhammad SAW. Dalam khasanah dunia pesantren, cara menghafal demikian disebut ilmu paled! atau apal pisan langsung wuled(sekali dengar langsung hafal).
Ketika ia sakit di akhir umurnya, salah seorang putranya yang bernama Umar mengusahakan kesembuhan dengan cara bersedekah atau yang lainnya. Ketika Habib Abdul Qadir tahu, ia langsung berkata,”Jangan merepotkan diri, karena Malaikat Maut sudah dua atau tiga kali mendatangiku.”
Dalam sakit itu pula ia sering menyambut kedatangan ahlil ghaib di tengah malam dan berbincang-bincang dengan mereka. Kejadian tersebut berlangsung hampir setiap malam, sampai suatu saat ditemukan secarik kertas di dekatnya yang bertuliskan syair,”Telah datang pada kami, Shohibul Waqt, Khidir dan Ilyas. Mereka memberiku kabar gembira seraya berkata,’Kau dapatkan hadiah serta pakaian. Jangan takut! Jangan khawatir dengan kejahatan orang yang dengki, serta syaitan’.”
Tidak lama setelah itu, ia meninggalkan alam yang fana ini tepatnya pada tanggal 13 Rabiul Awal 1331 H (1912 M). Jasadnya yang suci kemudian dimakamkan di pemakaman Bejagung, Tuban. Haul Habib Abdul Qadir biasanya diperingati pada bulan Sya’ban di Jl Pemuda, Tuban.
Dok. Cahaya Nabawiy

Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy

Hafal Ribuan Hadits
Di Kota Bunga, Malang, Jawa Timur, ada seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian ilmunya. Ia juga hafal ribuan hadits bersama dengan sanad-sanadnya.
Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15 Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih.
Pagi harinya Habib Syaikhan menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.”
Demikianlah, kemudian Habib Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Sejak kecil, ia sangat rajin dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul Qadir.
Pernah suatu ketika di saat menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf. Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya.
Guru-guru Habib Abdul Qadir, antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi, Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz.
Dalam usia yang masih anak-anak, ia telah hafal Al-Quran. Tahun 1331 H/1912 M, ia telah mendapat ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain di bidang hukum, dakwah, pendidikan, dan sosial. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang telah diberikan kepada hamba pilihan-Nya.
Maka tidak berlebihan bila salah seorang gurunya, Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab, menyatakan, ”Ilmu fiqih Marga Bilfagih setara dengan ilmu fiqih Imam Adzro’iy, sedangkan dalam bidang tasawuf serta kesusastraan bagai lautan tak bertepi.”
Sebelum meninggalkan kota Tarim untuk berdakwah, di tanah kelahirannya ia sempat mendirikan organisasi pendidikan sosial Jami’yyatul Ukhuwwah wal Mu’awanah dan Jami’yyah An-Nasr Wal Fudho’il tahun 1919 M.
Sebelum berhijrah ke Indonesia, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan dan singgah di beberapa kota dan negara, seperti Aden, Pakistan, India, Malaysia, dan Singapura. Di setiap kota yang disinggahi, ia selalu membina umat, baik secara umum maupun khusus, dalam lembaga pendidikan dan majelis taklim.
Tiba di Indonesia tepatnya di kota Surabaya tahun 1919 M/1338 H dan langsung diangkat sebagai direktur Madrasah Al-Khairiyah. Selanjutnya, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah Ar-Rabithah di kota Solo tahun 1351 H/1931 M.
Selepas bermukim dan menunaikan ibadah haji di Makkah, sekembalinya ke Indonesia tanggal 12 Februari 1945 ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah dan Perguruan Islam Tinggi di kota Malang. Ia pernah diangkat sebagai dosen mata kuliah tafsir pada IAIN Malang pada 1330 H/1960 M.
Keistimewaan Habib Abdul Qadir adalah, ia ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra). Dalam bidang hadits, penguasaannya adalah bidang riwayat maupun dirayah, dan hafal ribuan hadits. Di samping itu, ia banyak mendapat hadits Al-Musalsal, yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Ini diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits) dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah.
Sebagai seorang ulama yang menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan, ia juga giat mendirikan taklim di beberapa daerah, seperti Lembaga Pendidikan Guru Agama di Sawangan, Bogor, dan Madrasah Darussalam Tegal, Jawa Tengah.
Banyak santrinya yang di kemudian hari juga meneruskan jejaknya sebagai muballigh dan ulama, seperti Habib Ahmad Al-Habsy (Ponpes Ar-Riyadh Palembang), Habib Muhammad Ba’abud (Ponpes Darul Nasyi’in Malang), Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur), K.H. Alawy Muhammad (Ponpes At-Taroqy Sampang, Madura). Perlu disebutkan, Prof. Dr. Quraisy Shihab dan Prof. Dr. Alwi Shihab pun alumnus pesantren ini.
Habib Abdul Qadir wafat pada 21 Jumadil Akhir 1382 H/19 November 1962 dalam usia 62 tahun. Kala saat-saat terakhirnya, ia berkata kepada putra tunggalnya, Habib Abdullah, ”… Lihatlah, wahai anakku. Ini kakekmu, Muhammad SAW, datang. Dan ini ibumu, Sayyidatunal Fatimah, datang….” Ribuan umat berdatangan untuk meyampaikan penghormatan terakhir kepada sang permata ilmu yang mumpuni itu. Setelah disemayamkan di Masjid Jami’ Malang, ia dimakamkan di kompleks makam Kasin, Malang, Jawa Timur.
diringkas dari manakib tulisan Habib Soleh bin Ahmad Alaydrus, pengajar Ponpes Darul Hadits Malang, Jawa Timur

http://www.youtube.com/watch?v=JTiHF1Y5hWc

http://www.youtube.com/watch?v=JTiHF1Y5hWc

Hb Umar bin Hafidz : "Allah...Allah...Allah...Tiada Tuhan selain Allah. Dialah yang selalu memandang hati kita. Selalu memperhatikan apa yang tersembunyi dalam perasaan kita. Melimpahkan kebahagiaan pada yang bersungguh-sungguh di antara kita. Menyambut hangat pada di antara kita yang menyambut hangatNya.

Hb Umar bin Hafidz : "Allah...Allah...Allah...Tiada Tuhan selain Allah. Dialah yang selalu memandang hati kita. Selalu memperhatikan apa yang tersembunyi dalam perasaan kita. Melimpahkan kebahagiaan pada yang bersungguh-sungguh di antara kita. Menyambut hangat pada di antara kita yang menyambut hangatNya.

Sholawat Manshub Shalawatnya Habib Sholeh Tanggul & Thibil Qulub Shalawatnya Habib Ahmad bin Hasan Al – ‘Athos

“Allohumma sholi ‘alaa sayyidinaa Muhammadin sholaatan taghfiru bihaa dzunub watushlihu bihaal quluub watantholiqu bihaal ‘ushub wataliinu bihaa shu’ub wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa man ilaihi mansub.”
اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تغفر بها آلذنو ب
و تصلح بها آلقلو ب وتنطلق بها آلعصو ب
و تلين بها آلصعو ب وعلى آله وصحبه و من آليه منسوب
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad yang dengannya Engkau ampuni kami, Engkau perbaiki hati kami, menjadi lancar urat-urat kami, menjadi mudah segala kesulitan, juga kepada keluarganya dan para sahabatnya.
Sholawat ini dari al – Habib Sholeh bin Muhsin al – Hamid (Habib Sholeh Tanggul). “Beliau berkata ; sholawat ini dibaca 11 atau 41 kali dengan niat untuk memperoleh kemudahan dan terkabulnya semua hajat, insya Alloh akan mendapatkannya”. Kebanyakan orang yang meminta do’a kepada beliau, beliau memberikan sholawat ini.
SHOLAWAT THIBIL QULUB / NURIL ABSHOR
“Allohumma sholi ‘alaa sayyidina Muhammadin thibil quluubi wadawaa_ihaa wa ‘aafiyatil abdaani wasifaa_ihaa wa nuuril abshoori wa dliyaa_ihaa wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wasalim.”
Ya Allah, berilah rahmat ke atas penghulu kami, nabi Muhammad saw, yang dengan berkat baginda, engkau menyembuhkan hati, menjadi penawar dan menyehatkan tubuh juga memberi kesembuhan penyakit, serta mengurniakan cahaya penglihatan. Dan karuniakanlah rahmat keberkatan dan kesejahteraan keatas keluarga dan sahabat baginda Nabi saw.
Sholawat ini dinamakan sholawat nuril abshor (juga terkenal dengan sebutan sholawat thibil qulub). Dituturkan dalam kumpulan kalam al – Habib Ahmad bin Hasan Al – ‘Athos tentang sholawat ini, “Seseorang yang lemah penglihatannya datang kepada al – Habib dengan mengeluh, kemudian beliau mengusap kedua mata lelaki itu dan memerintahkannya untuk memperbanyak membaca sholawat nuril albshor.”
thibil-qulub
Beliau juga berkata ; Telah bercerita kepadaku al – Habib Muhammad bin Zein baa ‘abud, beliau berkata ; “Penglihatanku diambil, dan aku mengeluh atas keadaan itu kepada al – Habib sholeh bin ‘Abdillah al – ‘Athos. Kemudian beliau mengusap kedua mataku dan berkata ; bacalah sholawat kepada nabi sholallohu ‘alaihi wa aalihi wassalam sebanyak 300 kali dengan shegot ini ; “Allohumma sholi ‘alaa sayyidina Muhammadin thibil quluubi wadawaa_ihaa wa ‘aafiyatil abdaani wasifaa_ihaa wa nuuril abshoori wa dliyaa_ihaa wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wasalim.” (Setelah aku lakukan itu), kemudian penglihatanku kembali seperti semula.
Kemudian Habib Ahmad berkata ; Habib Abu bakar bin Abdulloh (Guru Habib Ali al – Habsy / sohibul maulid habsy) telah memberikan ijasah kepadaku dengan sholawat itu. Beliau memerintahkan kepadaku untuk membacanya setiap selesai sholat maktubah sebanyak 3 kali. Dan sholawat ini dari nabi sholallohu ‘alaihi wa aalihi wasalam.
Diambil dari kitab Mafaatihu as – sa’adaah fi sholawaat
(al – Habib Abu Bakar bin abdulloh bin ‘alwi bin abdulloh bin tholib al – athos) , Sumber disini

Riadat dan Khalwat

Dalam tasawuf, riadat berarti latihan kerohanian dengan menjalankan ibadah dan menundukkan keinginan nafsu syahwat.
Menurut kalangan penempuh jalan tasawuf, riad
at dalam arti tersebut pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika ber-khalwat di Gua Hira dengan melatih diri, mengasah jiwa, berzikir, merenung, memperhatikan kejadian alam dan susunannya, serta memperhatikan segala keadaan masyarakat yang penuh kejahilan dan kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Keadaan masyarakat tersebut menimbulkan keprihatinan Nabi SAW yang mendalam. Kemudian datanglah wahyu yang dibawa oleh Jibril

Kisah-kisah Karamah Wali Allah

Kisah-kisah Karamah Wali Allah

Buku ini judul aslinya adalah Jami' Karamat al-Aulia'. Buku ini diterbitkan beberapa kali di Indonesia dalam beberapa judul, antara lain Kisah-kisah Karamah Wali Allah dan Mukjizat Para Wali Allah. Pengarangnya adalah Yusuf bin Ismail an-Nabhani.
Membaca buku ini insya Allah kesedihan dan ketakutan diri kita akan sirna. Jangan pernah bersedih lagi, betapa para wali tidak pernah bersedih dan takut menghadapi apapun yang ada. Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Karena janji Allah tidak pernah ingkar.

Rasulullah Saw. dalam sabdanya, Sesungguhnya ada golongan hamba Allah yang bukan termasuk nabi dan bukan syuhada (syahid), yang pada hari kiamat nanti mereka menempati tempat para nabi dan syuhada. Para sahabat lalu bertanya, Ya, Rasulullah, beritahu kami siapa mereka itu? Apa pekerjaan mereka ? Semoga kami bisa mencintai mereka. Nabi menjawab, Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan satu rahim, juga bukan karena harta yang mereka miliki. Demi Allah, wajah mereka bercahaya. Mereka berada di atas mimbar cahaya, mereka tidak pernah takut ketika orang-orang ketakutan, mereka juga tidak bersedih ketika orang-orang merasa sedih (HR. Umar bin Khattab).

Tips Bangun Malam-Malam (Qiyamullail) Menegakkan Shalat Tahajjud

1. ”Memahami Keutamaan (atammah) Shalat Malam”
o Shalat tahajjud adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib
o Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa bulan muharram dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail [Hadits Riwayat. Muslim no. 1163]
o Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam)" (Muttafaqun ‘alaih)
o Orang yang menegakkan qiyamullail akan terpelihara dari gangguan setan, dan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya

Risalah Metode Berjumpa Dengan Rasulullah

Berikut adalah satu artikel menarik oleh penulis dibawah mengenai riyadah untuk bertemu dengan rasulullah, semoga bermanfaat..

oleh Pangeran Sukemilung
rico_endo@yahoo.com

Berawal dari ijazah Syeikhina Al-Mukarom Pangeran Muhammad KH.Ali Umar Toyyib mengenai sholawat untuk bermimpi / berjumpa dengan Rasulullah SAW, saya mulai mencari dan menyelidiki sekiranya ada metode khusus untuk dapat mewujutkan niat itu. Alhamdulillahnya…saat dipondok dulu ada satu kitab yang berjudul MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL SAW ( MAGHNATIS : RISALAH METODE BERJUMPA RASULULLAH SAW ) buah karya dari Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar. Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi. Tempat dimana saya belajar dan menimba ilmu agama. Kitab yang sangat bagus karena diberi sambutan / referensi oleh beberapa Ulama besar. Diantaranya :

Qasidah Waktissahar

Download Waktisahar.pdf

وَقْتِ السَّحَرْ بِهْ يَطِيْب الْحَالْ لاَهْلِ الصَّفَا وَبِهْ يَجُوْدُ الْعَلِي بِالْفَضْلِ لأَهْلِ الْوَفَا

Waktu larut malam adalah saat termuliakannya keadaan orang orang suci, dan pada waktu itu pula semakin pemurah Sang Maha Mulia dengan anugerah untuk mereka yg menepati janji untuk mengunjungi Nya (shalat malam),

كَمْ مِنْ سَقِيْمٍ بِهَذَا الْوَقْتِ نَالَ الشِّفَا وَكَمْ بِهِ اِتَّصَلْ مِنْ عَبْدٍ بِالْمُصْطَفَى

Berapa banyak orang orang yg dimurkai dan ditimpa musibah yg diwaktu larut malam itu (mereka bermunajat pada Nya) maka mereka mendapatkan kesejukan dan pencabutan atas musibahnya, dan berapa banyak banyak pula para hamba yg termuliakan dengan terhubung hatinya dengan sang Nabi saw,

وَقَابَلَتْهُ الْمَوِاهِبْ ظَاهِرًا وَالْخَفَا وَنَازَلَتْهُ لَطَائِفْ خَيْرِ مَنْ لَطَفَا

Maka ia disambut dengan anugerah anugerah yg terlihat dan yg tersembunyi (permasalahan dunia dan akhiratnya), dan turunlah untuknya kasih sayang dan kelembutan kelembutan dari yg sangat Indah kelembutan Nya.

عَنِ الْمَسَاوِي وَكُلِّ الذَّنْبِ فَضْلاً عَفَى وَبَارِقِ الْفَضْلِ وَاْلإِ حْسَانِ لُهْ رَفْرَفَا

Dari kehinaan kehinaan dan setiap dosa, anugerah maaf Nya pun melimpah, dan pijaran cahaya kemuliaan dan keluhuran untuknya terus bercahaya indah,

وَحَسْبُهُ جُوْدُ مَوْلاَنَا الْعَلِي وَكَفَى وَهَاهُنَا الْقَوْلَ يَا أهْلَ الْفَهُمْ قَدْ وَقَفَا

Maka cukuplah kedermawanan Tuhan kita Yang Maha Tinggi dan Maha Mencukupi segenap hamba Nya, dan sampai disinilah wahai yang memahami, terhenti ucapan dan kata kata..
مَنْ ذَايُعَبِّرْ عَنِ الْغَوْثِ إِذَا وَكَفَا ياَرَبِّ زِدْنَا عَطَايَا يَارَبِّ زِدْ تُحَفَا

Siapakah pula yg mampu menggambarkan kemegahan curahan hujan rahmat Nya bila sedang melimpah.., wahai Tuhan tambahkan bagi kami pemberian pemberian, wahai Tuhan kami tambahkanlah sesuatu yg berharga,

وَاعْطِفْ عَلَيْنَا فَإِنَّكَ خَيْرَ مَنْ عَطَفَا وَاعْلِي لَنَا فِي رِحَابِ الْعِزّ ِبِكْ غُرَفَا

Maka berlemah lembutlah pada kami, sungguh engkau sebaik baik yg berlemah lembut, dan limpahkanlah kemuliaan bagi kami dengan sambutan kemegahan kamar kamar istana Mu,

وَصَلِّ دَأْبًا عَلَى أحْمَدُ وَالِهَ الشُّرَفَا وَالصَّحْبِ أَهْلِ الْهُدَى وَمَنْ بِهِمْ إِقْتَفَا

Dan limpahkanlah shalawat selalu atas Nabi Muhammad saw dan keluarganya yg mulia, beserta para sahabatnya dan para pembawa petunjuk dan semua yg mengikuti jejak mereka,

وَالْحَمْدُ اللهِ رَبِّي حَسْبُنَا وَكَفَى

Dan segala puji bagi Allah Tuhanku, Yang Maha Melindungi kami dengan kecukupan.

Syair Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh

Download Mp3 Waqtisahar disini

Download Video qasidah Waqtisahar disini

http://bulancahaya9.blogspot.com/2010/06/kaligrafi_4858.html

http://bulancahaya9.blogspot.com/2010/06/kaligrafi_4858.html

Bacaan sholat beserta artinya

DOA IFTITAH

ALLAAHU AKBAR KABIIROO WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIROO WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.

Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang Sebanyak-Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.

Yaa Tarim Wa Ahlaha

"Lambang dan tulisan itu adalah tawassul, Darkah artinya Bantulah. Yaa Ahlal Madinah, yg di maksud adalah Rosul Allah SAW dan semua syuhada' Badr yg di makamkn di Madinah. Mengenai huruf Haa, adalah tawassul pada al-Hafidz al-Habib 'Ali bin Muhammad al-Habsyi Shohibul Maulid dan huruf itu ada yg tawassul pada Imam 'Abdullah bin 'Alwi al-Haddad, ada pula yg bermakna tawassul kepada Imam Abu Bakar bin Salim, perlu di ketahui bahwa tawassul dg tulisan di perbolehkn dalam syariah. Mengenai azimat (Ruqyat) dg huruf arab merupakan hal yg di perbolehkn, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana di jelaskn bahwa azimat dg tulisan ayat atau doa di sebutkn pada kitab Faidhulqodir juz 3 hal 192 dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal 316/317 dan masih banyak lg penjelasan para Muhadditsin mengenai di perbolehkan nya hal tsb. Allah A'lam."

http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=5&func=view&catid=9&id=12922

Yg "Yaa Tarim Wa Ahlaha" maksudny bertawassul kepada ahlat tarim.. Tarim di kenal dg Kota Seribu Wali.. Allah A'lam
...
Bagi yg ingin Ziarah ke Tarim baca,
- Yaa Tarim Wa Ahlaha 40x, tiap hari.
- Fatihah kpd Faqihil Muqqoddam, tiap slese Sholat.
- Baca wirid, Laa Ilaha Illallah al-Malikul Haqqul Mubiin, 100x (biasany di baca slese S.Zhuhur)